Bismillah...
Artinya: Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) (QS. Al-Hijr: 99).
Artinya: Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang (QS. Yusuf: 53).
Semoga kita senantiasa istiqomah di atas dinul islam, aamiin
Menjaga kesadaran, kepatuhan, dan ketaatan sebagai hamba Allah adalah hal yang sangat penting, karena kita tidak tahu kapan kita akan meninggal. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Hijr ayat 99:
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
Dari ayat di atas, dapat kita pahami bahwa beribadah itu dilakukan secara terus-menerus hingga ajal tiba. Oleh karena itu, kita harus berusaha istiqomah untuk senantiasa taat kepada Allah, dimanapun, kapanpun, dan dalam kondisi apapun.
Tentu, dalam upaya kita untuk istiqomah di jalan ketaatan tersebut tidaklah mudah, banyak godaan yang menghadang, sebagaimana firman Allah dalam surah Yusuf ayat 53:
۞ وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
Dari ayat di atas, terdapat kata 'nafsu yang dirahmati'. Apa itu nafsu yang dirahmati?
Nafsu yang dirahmati, yaitu nafsu yang dididik dengan syariat, ditundukkan dengan syariat, dan dilatih dengan syariat, sehingga kita akan menjadi tenang. Hawa nafsu itu ibarat kuda liar, yang apabila dididik dan dilatih oleh pemiliknya akan menjadi jinak sehingga dapat mendatangkan kemanfaatan.
Sumber Gambar: Pinterest |
Rasulullah SAW bersabda:
Tidak sempurna iman seseorang diantara kalian sampai hawa nafsunya tunduk dengan syariat yang kubawa.
Keseriusan atau kesungguhan untuk menundukkan hawa nafsu ini sangat penting, karena jika hanya dengan paham ilmu agama saja belum dapat menjamin akhlak seseorang itu akan baik. Di dalam Alquran Surah Al-Furqon ayat 43, Allah SWT berfirman:
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا
Artinya: Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (QS. Al-Furqon: 43).
Di dalam ayat di atas terdapat kata 'menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya' atau dengan kata lain mengilahkan hawa nafsunya. Makna ilah disini adalah sesuatu yang dominan di dalam jiwa manusia, yang akan menjadi penentu sikap atau perbuatan seseorang. Misalnya, ada orang yang harta menjadi dominan di dalam dirinya. Maka, harta tersebut menjadi ilah bagi diri orang tersebut, sehingga orang tersebut akan berbuat sesuai ilahnya. Kecintaan pada sesuatu yang menjadi dominan atau mengendalikan dirinya dalam bertindak, dapat menjatuhkan orang tersebut pada perbuatan syirik, karena ia memposisikan sesuatu itu (dalam hal ini: harta) seperti posisi Allah. Oleh karena itulah, kita perlu berupaya atau bermujahadah, memaksakan diri agar setiap detik yang terlewat yang kita lalui tidak lepas dari ketaatan.
Dalam menggapai ketaatan tersebut tentu akan ada penghalang atau godaan yang dapat berasal dari dalam diri, yaitu hawa nafsu, dan faktor di luar diri kita yaitu godaan syetan.
Allah SWT berfirman di dalam Surah Ali 'Imran ayat 14:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Artinya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) (QS. Ali 'Imran: 14).
Berkenaan dengan ayat di atas, dalam kadar tertentu kita boleh mencintai berbagai perhiasan dunia sebagaimana disebutkan dalam Alquran surah Ali 'Imran ayat 14 di atas, tetapi kita tidak boleh mencintai secara berlebihan. Cinta tersebut hendaknya kita lakukan dalam rangka ketaatan kepada Allah SWT.
Kemudian, syetan tidak akan tinggal diam. Ia akan menggoda dan menyesatkan manusia ke dalam perbuatan dosa, hingga dijadikan tampak indah perbuatan dosa tersebut dalam pandangan manusia. Ia akan membisikkan bisikan kejahatan kepada manusia, menghalang-halangi manusia untuk berbuat kebaikan. Maka, bertakwalah kepada Allah dimanapun engkau berada. Segera ikuti perbuatan dosa dengan kebaikan karena sesungguhnya kebaikan-kebaikan akan menghapus perbuatan dosa. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran Surah Hud ayat 114:
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ ۚ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ
Artinya: Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat (QS. Hud: 114).
Sementara itu, bertaubat tidak hanya dibatasi dengan perbuatan dosa karena Rasulullah SAW yang maksum saja sehari beristighfar 70 kali dan pada riwayat lain sebanyak 100 kali, apalagi dengan kita yang tentu banyak dosanya. Rasulullah SAW beristighfar bukan karena beliau melakukan perbuatan dosa, bukan juga karena kurang dalam hal beribadah kepada Allah, namun semata-mata karena penghambaan beliau kepada Allah SWT.
Sementara itu, bertaubat tidak hanya dibatasi dengan perbuatan dosa karena Rasulullah SAW yang maksum saja sehari beristighfar 70 kali dan pada riwayat lain sebanyak 100 kali, apalagi dengan kita yang tentu banyak dosanya. Rasulullah SAW beristighfar bukan karena beliau melakukan perbuatan dosa, bukan juga karena kurang dalam hal beribadah kepada Allah, namun semata-mata karena penghambaan beliau kepada Allah SWT.
Baca Juga: Agar Semakin Dicintai Allah
Setelah kita bertubat harus ada upaya untuk memperbaiki diri dan ikhtiar untuk menjaga diri selalu di dalam kebaikan. Oleh karena itu, kita perlu lingkungan yang baik, lingkungan yang mendukung kita untuk berubah menjadi baik, teman-teman yang solih-solihah yang bisa saling menguatkan dan saling mengingatkan. Kita perlu sebuah lingkungan yang kondusif dalam ketaatan dan keimanan, yang hal ini juga diperintahkan Allah dalam Alquran Surah Al-Kahf ayat 28:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
Artinya: Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas (QS. Al-Kahf: 28).
Ayat di atas memberikan petunjuk dan gambaran kepada kita bahwa kita perlu komunitas dan lingkungan yang baik.
Ayat di atas memberikan petunjuk dan gambaran kepada kita bahwa kita perlu komunitas dan lingkungan yang baik.
Selanjutnya, karena hati kita ada di dalam genggaman Allah, maka kita harus memohon berdoa sama Allah agar diberikan hati yang bersih, hati yang selamat, qalbun salim, karena hati yang bersih akan mendekatkan kita kepada Allah.
Doanya adalah yaa muqallibal quluub, tsabbit qalbi 'alaa diinik.
Artinya: Wahai zat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hatiku di atas agamamu.
Sebagai penutup, Allah berfirman di dalam Surah At-Taubah ayat 105:
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya: Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan (QS. At-Taubah: 105).
Semoga kita senantiasa istiqomah di atas dinul islam, aamiin
Ya Allah bimbing kami..
Sekian.
Wallahu a'lam bishawab
Materi ini disarikan dari materi kajian Ustadz Sigid Yulianta di Masjid Kampus UGM pada Sabtu, 24 Oktober 2015.
Comments
Post a Comment