Bismillah..
Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Menjadi seorang ibu adalah peran yang mulia karena ibu adalah arsitek peradaban. Kualitas para perempuan saat ini akan menentukan kualitas generasi masa depan. Oleh karena itu, seorang perempuan harus dididik dengan baik dan seorang perempuan itu harus pintar karena ia akan mendidik generasi.
Paradigma
akan sosok Ibu itulah yang membuat saya selalu bersemangat untuk belajar dan
belajar mencari bekal ilmu yang diperlukan untuk menjadi seorang Ibu yang baik,
shalihah, dan dapat menjadi kebanggaan keluarga menurut versi terbaik saya, meskipun
saat ini saya belum menjadi ibu. Masa sendiri bukanlah identik dengan masa yang
penuh kebebasan karena mumpung masih sendiri, tetapi bagi saya masa sendiri ini
adalah waktu terbaik untuk memantaskan diri, mengasah potensi dan keterampilan
diri, belajar ilmu-ilmu yang bermanfaat. Termasuk dengan saya bergabung di
dalam Institut Ibu Profesional (IIP) ini tidak lain tidak bukan sebagai bagian
dari ikhtiar saya dalam mempersiapkan bekal ilmu untuk menjadi seorang ibu, karena
saya ingin kelak anak-anak saya dapat memperoleh pendidikan terbaik dari ibunya.
Berbicara
tentang mempersiapkan ilmu menjadi seorang Ibu, disini tidak melulu harus
berhubungan langsung dengan ilmu parenting dan sekolah ibu. Kita belajar
tahsinul quran misalnya, itu juga menjadi bagian dalam kita mempersiapkan bekal
ilmu menjadi seorang ibu. Mengapa demikian? Karena, jika kelak telah
menjadi ibu, kita dapat menjadi yang pertama dan utama dalam mengajarkan alquran
ke anak kita. Kita dapat menjadi yang pertama mengajarkan bacaan surah Al-Fatihah
kepada anak kita, surah yang menjadi bacaan sholat yang minimal dalam sehari diulang sebanyak 17 kali dalam sholat wajib. Oleh karena itu, dalam
belajar, ketika saya merasa bahwa suatu ilmu itu sangat penting bagi saya, saya
sangat perlu dengan ilmu itu, maka saya seperti memiliki sebuah tekad kuat
dalam diri atau disini saya sebut sebagai komitmen.
Ya, ketika
saya sudah memutuskan untuk belajar suatu ilmu, saya akan berkomitmen untuk
mengikutinya hingga tuntas insyaallah. Dan ternyata.., karakter ini merupakan salah
satu karakter moral yang harus dimiliki oleh ibu profesional, yaitu Don’t teach
me, I love to learn.
Ibu professional adalah ibu yang senang belajar, tak pernah berhenti hingga maut menjemputnya. Proaktif mencari ilmu demi kemaslahatan diri, suami, dan anak-anaknya. (IIP, 2020).
Sumber Gambar: Pixabay |
Dalam belajar tentu ada tantangannya yaa, justru tantangan inilah yang membuat kesan dalam belajar. Sedikit sharing tentang pengalaman saya dalam komitmen belajar, yaitu ketika dulu saya belajar Tahsin Qira'atil Quran atau memperbaiki bacaan Alquran saya. Ketika itu, saya masih kuliah S1 semester 4 atau 5 saya lupa tepatnya. Karena jadwal tahsin adalah saat weekend, yaitu sabtu dan ahad, maka saya harus rela untuk tidak mudik. Biasanya kalau weekend saya menyempatkan untuk pulang karena jarak rumah dari kampus lumayan dekat hanya 1 jam an perjalanan naik motor. Tetapi karena jadwal tahsin ini sudah paten setiap sabtu ahad dan karena telah menjadi komitmen saya, maka saya harus berkorban untuk tidak pulang. Karena kalau saya menuruti keinginan untuk sering pulang, pasti saya akan banyak bolos kelas tahsin, dan tentu akan berdampak pada progress belajar saya.
Kemudian,
tantangan saat belajar pun pastilah ada. Yang namanya belajar mengucapkan huruf-huruf
hijaiyah yang benar, sesuai dengan makhorijul huruf dan sifatul huruf pasti ada
kesulitan dalam pengucapan karena kesalahan lafadz yang kita miliki bukanlah baru
kemarin tetapi mungkin sudah sejak kita kecil ya saat kita ngaji TPA :D. Kalau
tidak salah dulu saya kesulitan mengucapkan huruf jim yang benar, masih belum
stabil panjang pendeknya, tawalut, dan lain-lain saya lupa ;D. Intinya kalau
belajar tahsin itu harus mau rajin dalam berlatih, mengucapkan di depan cermin.
Pokoknya harus sabar dan tlaten, jangan menyerah.
Baca Juga: Makna Ibu Profesional Kebanggan Keluarga Versi Terbaikku
Dan alhamdulillah...
ketika saya akhirnya bisa lulus ujian tahsin atau tashih rasanya seneng dan
bersyukur. Semua perjuangan dan pengorbanan yang telah dilalui rasanya nikmat. Tentu,
Semua karena pertolongan Allah semata. Allah yang mampukan dan mudahkan saya. Dan
setelah saya lulus program tashin saya dapat membagikan atau mengajarkan ilmu
tahsin kepada orang lain, dan kelak ketika menjadi Ibu saya dapat mengajarkan
kepada anak-anak saya insyaallah.
Demikian sedikit sharing pengalaman saya tentang komitmen dalam belajar. Pada intinya, dalam belajar, ilmu apapun itu, diperlukan kesungguhan dan komitmen yang kuat untuk belajar secara tuntas agar ilmu yang diperoleh juga utuh, tidak setengah-setengah. Dan tidak kalah penting juga kita harus punya komitmen dalam mengamalkan ilmu agar ilmu yang kita pelajari dapat membuahkan amal. Laa haula walaa quwwata illa billah.
Sekian.
Artikel ini ditulis dalam rangka Misi Penyelaman yang ke-3 di Samudera Matrikulasi IIP Batch 8
Referensi:
Comments
Post a Comment