Bismillah...
Pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi sedikit informasi yang saya peroleh dari Misi Ceria Institut Ibu Profesional, tepatnya Misi Ceria di Pulau Transcity Harmony, Kawasan Hotel Mentari. Jika sahabat telah banyak membaca tulisan saya tentang Institut Ibu Profesional pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah Institut Ibu Profesional (IIP) dan misi yang saya kerjakan sebagai tugas perkuliahan di IIP ini. Namun, jika sahabat baru membaca tulisan saya ini, saya sarankan sahabat untuk membaca tulisan saya sebelum-sebelumnya tentang IIP agar sahabat dapat memahami alur tulisan saya yang insyaallah tidak ada ruginya untuk diketahui karena ilmu-ilmu yang saya peroleh dari perkuliahan IIP ini sangat relevan dengan kehidupan.
Baik, kembali ke bahasan topik Misi Ceria Hotel Mentari. Karena kemarin saya memutuskan untuk mengambil cuti dari perkuliahan IIP, tidak langsung melanjutkan ke program Bunda Sayang setelah selesai dari perkuliahan matrikulasi batch 8. Maka, untuk bisa mengikuti perkuliahan Bunda Sayang, saya harus transit di Pulau Trancity Harmoni ini terlebih dahulu. Karena perkuliahan di IIP ini sistemnya gamifikasi, jadi diimajinasikan kita sedang liburan di Pulau Transcity Harmoni, tepatnya kalau saya di kawasan Hotel Mentari karena saya menunggu perkuliahan Bunda Sayang. Liburan tetapi sambil dapat ilmu hee, sehingga ada misi wajib yang harus dikerjakan sebagai syarat untuk dapat melanjutkan ke Program Bunda Sayang, nah salah satunya misi ceria ini.
Sumber Gambar: https://id.pinterest.com/pin/335447872248624858/ |
Pada misi ceria kali ini, tema yang diangkat begitu spesial, yaitu membahas tentang pendidikan inklusi bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Meskipun membahas pendidikan anak berkebutuhan khusus, namun ilmu parenting yang dibahas menurut saya dapat juga diterapkan untuk pendidikan anak-anak normal pada umumnya.
Misi ceria dengan tema pendidikan inklusi ini disampaikan oleh Bunda Asmaul Chusna sebagai narasumber. Ilmu tentang pendidikan inklusi yang Bunda Chusna bagi dalam misi ceria ini berangkat dari pengalaman yang beliau alami sendiri dalam mendidik putra-putri beliau.
Pendidikan inklusi adalah pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang ada di sekolah regular atau umum. Pada umumnya, pendidikan inklusi tersebut untuk anak-anak yang mengalami kendala dalam konsentrasi. Adapun untuk anak-anak spesial, seperti tuna daksa, tuna rungu, tuna netra, dan sebagainya lebih cocoknya ke Sekolah Luar Biasa (SLB), tutur beliau.
Masyaallah! saya sangat terharu menyimaknya. Saya melihat ketegaran yang luar biasa dari bunda Asmaul Chusna yang dengan ikhlas menerima anugerah dan sekaligus amanah dari Allah SWT, yaitu berupa anak berkebutuhan khusus, yang dalam hal ini ananda sulit dalam konsentrasi atau slow learner. Saya sangat terharu melihat perjuangan beliau dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Masyaallah! Luar Biasa! Saya yakin beliau dan suami adalah orang-orang pilihan, yang telah Allah pilih untuk menerima anugerah anak spesial tersebut, sehingga beliau memang adalah orang-orang yang mampu untuk menerimanya karena Allah tidak akan memberikan beban di luar kemampuan seorang hamba. Semoga menjadi tabungan amal dan ladang pahala sabar bagi Bunda Chusna dan Suami. Aamiin.
Baca Juga: Komitmen dalam Belajar
Berbicara mengenai anak spesial, saya menjadi teringat dengan salah satu ayat Alquran, yaitu surat Al-Mulk ayat 3 yang artinya: “...Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan yang Maha Pengasih.” Dengan merenungi kandungan ayat tersebut, dapat kita pahami bahwa tidak ada yang tidak seimbang dari ciptaan Allah SWT, termasuk anak berkebutuhan khusus. Jika ia mengalami kendala pada konsentrasinya, maka yakinlah bahwa ia pasti memiliki kelebihan lain yang tidak dimiliki oleh anak normal pada umumnya karena Allah telah menjadikan adanya keseimbangan tersebut. Masyallah!
Dalam penyampaian materinya tersebut, Bunda Chusna menuturkan tentang hal-hal penting yang harus diperhatikan dan dipersiapkan oleh orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, agar dapat mengoptimalkan pendidikannya, yang dalam hal ini disingkat dengan istilah “segitiga emas pendidikan inklusi”. Diantaranya adalah: (1) Medis, yaitu hasil diagnosis dokter dan psikolog, serta hal-hal yang berkaitan dengan makanan/gizi anak berkebutuhan khusus; (2) Memilih sekolah yang ramah anak, sesuai dengan visi misi keluarga; (3) Lingkungan rumah yang mendukung; (4) rencana keuangan yang matang; (5) kerjasama pasangan, yaitu suami dan istri saling membantu, saling mendukung, dan saling menguatkan; (6) dukungan keluarga, yaitu keberterimaan dan dukungan keluarga besar agar anak semakin dekat dengan keluarga dan percaya diri, sehingga dapat mendukung kemampuan sosialnya; (7) ilmu, yaitu perlu upgrade ilmu tentang pendidikan anak berkebutuhan khusus secara terus menerus, serta melakukan home terapy dan home education secara konsisten.
Materi kali ini menjadi ilmu baru bagi saya. Meskipun ilmunya tentang anak berkebutuhan khusus, namun materi dari Bunda Chusna tersebut menurut saya dapat diterapkan pada pendidikan anak-anak normal. Orang tua dengan anak normal juga perlu melakukan rekam medis terhadap penyakit-penyakit yang pernah diderita anak-anak sejak dini. Kemudian, orang tua perlu menyiapkan bekal ilmu mendidik anak dan rencana keuangan yang matang untuk pendidikan anak. Lalu, perlunya dan pentingnya kerjasama yang sinergis antara ayah dan ibu dalam pendidikan anak, serta dukungan keluarga besar yang mendukung tumbuh kembang anak. Dan juga pentingnya memilih lingkungan rumah yang baik dan memilih sekolah yang sesuai dengan visi dan misi keluarga.
Materi kali ini menyadarkan saya bahwa masalah yang pernah saya alami atau pun sahabat yang membaca tulisan ini tidaklah seberapa dibandingkan orang-orang di luar sana yang tidak kita ketahui. Yakinlah, Allah SWT sudah menakar dengan tepat kadar masalah atau ujian yang harus kita jalani dalam kehidupan dunia ini. Dan seperti perkataan Buya Hamka dalam buku Pribadi Hebat halaman 134: "Pengalaman hidup menunjukkan bahwa suatu keadaan sulit tidaklah terus dalam kesulitannya. Hari ini ada kemudahan, besok pasti ada kesulitan. Namun, kita percaya kesulitan itu tidak terus-menerus, melainkan akan terlepas dan akan menjadi salah satu mata rantai dari kenangan hidup."
Materi ini sekaligus menjadi bahan refleksi bagi saya agar senantiasa bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang telah Allah berikan, seperti nikmat kesehatan, tubuh yang normal, dan akal yang sehat, sehingga dapat berfikir dan belajar dengan baik, dan segala kemudahan yang Allah berikan. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush shalihat.
Sekian. Wallahu a'lam bishawab.
Referensi Tambahan:
Comments
Post a Comment