Bismillah...
Lukmanul Hakim adalah seorang laki-laki atau ayah yang namanya diabadikan oleh Allah SWT di dalam Alquran. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Luqman ayat 12:
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
Alquran adalah kalamullah, mukjizat Rasulullah SAW yang masih ada hingga saat ini, sehingga sesuatu atau orang yang dijadikan ayat pasti sesuatu yang luar biasa, amazing! Luqmanul Hakim merupakan tanda kebesaran Allah SWT. Allah SWT telah mengaruniakan kepadanya hikmah yang banyak, sehingga Luqman menjadi seorang ahli hikmah. Nasihatnya yang penuh hikmah tersebut dengan izin Allah SWT mampu mengubah kehidupan anaknya yang awalnya berada dalam kesyirikan kemudian dapat merengkuh cahaya keimanan. Masyaallah..
Lalu, apa ya kira-kira rahasia Luqmanul Hakim hingga ia bisa meraih hikmah?
Ternyata, rahasianya adalah 1) kejujuran saat bicara dan 2) diam pada hal-hal yang tidak bermanfaat dan bukan menjadi urusannya.
Baca Juga: Merawat Husnudzon terhadap Ketetapan Allah SWT
Masyaallah! Bisa menjadi bahan renungan dan evaluasi diri kita bersama, khususnya diri saya pribadi. Apakah kita sudah menjadi orang yang jujur? Apakah kita masih suka melakukan hal-hal yang un-faedah? Apakah kita masih suka mengurusi hal-hal yang bukan menjadi urusan kita? Dalam melakukan hal yang bermanfaat pun harus kita renungi, benarkah hal tersebut bermanfaat? Kalau iya, bermanfaat bagi siapa? Jika bermanfaat bagi diri, manfaat apa yang diperoleh? Nambah iman kah? Nambah sholih kah? Nambah bersih kah hatinya? Jika bermanfaat untuk orang lain, siapa yang bisa mendapatkan manfaatnya? Manfaat seperti apa yang diperoleh orang lain? dan seterusnya.
Dalam rangka meneladani Luqman tersebut, mungkin kita bisa memaksimalkan kebermanfaatan di area lingkungan hidup kita yang dapat kita jangkau. Kita bisa menebar kemanfaatan sesuai dengan apa yang kita ketahui dan pahami, atau berdasarkan pengalaman hidup kita. Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain. Dan yang paling penting dalam hidup ini adalah bagaimana kita bisa menjadi buah tutur yang baik di kemudian hari. Jadi, tidak lah penting kamu punya posisi apa hari ini, yang penting adalah kebermanfaatan yang kamu tebar untuk orang sekitar. Semoga Allah mampukan kita ya untuk menjadi pribadi bermanfaat, aamiin. Nah, di luar daripada itu bukanlah kapasitas kita atau bukanlah menjadi urusan kita.
Selain kita berusaha untuk meneladani dua poin di atas, jika kita ingin punya hikmah kita harus dekat-dekat sama Sang Pemilik Hikmah tersebut, yaitu Allah SWT. Kita harus banyak bermohon dan meminta agar diberikan hikmah, karena Allah SWT hanya memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 269:
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
Artinya: Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).
Orang yang dekat sama Allah SWT, lisannya, hatinya, pikirannya, tangannya, perbuatannya akan Allah bimbing. Jika Allah SWT yang membimbing sudah pasti benar dan tepat, tidak akan salah. Seperti Nabi Nuh AS yang Allah perintahkan untuk membuat kapal pada muslim panas. Beliau awalnya ditertawakan oleh masyarakatnya karena membuat kapal di musim panas. Tapi, karena Allah SWT yang membimbing langsung, maka tindakannya tersebut sudah pasti benar dan tepat, sehingga Nabi Nuh AS dan kaumnya yang beriman bisa selamat dari banjir bandang.
Kemudian, dari Surah Al-Baqarah ayat 269 di atas, dapat kita ketahui bahwa al-hikmah itu bersumber dari Alquran dan As-Sunnah. Oleh karenanya, kita harus mendekatkan diri kepada keduanya, mempelajari dan berusaha untuk mendalaminya hingga ia bisa menyatu dalam kehidupan kita. Masyaallah... rasanya masih banyak banget PR nya untuk poin ini ;(
Hikmah sendiri lebih dari sekadar ilmu, meskipun awalnya ia berasal dari ilmu. Dengan hikmah tersebut, seorang yang berilmu atau ahli ilmu akalnya akan terhalang dari melakukan perbuatan bodoh. Misalnya, seorang ilmuwan yang dengan ilmunya tersebut ia bisa membuat temuan-temuan yang canggih. Namun, tanpa hikmah, dengan temuannya tersebut ia dapat berbuat sesuatu yang tidak benar dan tidak tepat, hingga dapat menimbulkan kerusakan alam misalnya. Maka, kedudukan atau posisi hikmah di sini yang akan menghalangi seorang ahli ilmu tersebut dari berbuat sesuatu yang tidak tepat, tidak benar, atau perbuatan bodoh. Bisa dibayangkan, jika ahli ilmu tersebut adalah orang yang dekat dengan Allah SWT, dengan Alquran dan As-Sunnah sebagai sumber hikmah? Masyaallah ;)
Hikmah juga menjadi modal besar dalam menjalani kehidupan rumah tangga, karena menjalani hidup berumah tangga tidak cukup hanya dengan berilmu saja. Betapa banyak orang yang berilmu tinggi, misal ia paham manajemen keuangan rumah tangga. Tapi, jika ia tidak berhikmah, maka ia akan membelanjakan harta secara mubadzkir. Kemudian, dalam membuat keputusan-keputusan dalam rumah tangga, misal setelah menikah mau tinggal dimana? Keluarga mau diarahkan seperti apa? Visi Misi keluarga apa?, ini juga perlu hikmah. Oleh karenanya, suami isteri harus berhikmah, tidak cukup hanya berilmu. Terlebih, seorang suami sebagai kepala rumah tangga, sangat penting dalam mengambil keputusan-keputusan yang benar dan tepat.
Dalam membuat aturan dalam kehidupan rumah tangga pun juga perlu hikmah, agar aturan yang dibuat tidak terasa kering. Dan, PR bagi siapapun kita yang akan menjadi orangtua insyaallah, adalah mendidik anak-anak agar menjadi generasi yang berhikmah, tidak cukup hanya berilmu. Maka, kita harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT, banyak berdo'a, serta berusaha untuk mempelajari Alquran dan As-Sunnah secara benar, hingga menyatu dalam kehidupan. Semoga Allah SWT mampukan kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang penuh hikmah, aamiin yaarabbal'alamiin. Laa haula walaa quwwata illa billah.
Sekian. Wallahu a'lam bishawab.
Semoga Bermanfaat.
Referensi:
1. Kajian Online "Sentuhan Parenting" Penyelenggara Masjid Al-Irsyad Surabaya (Bagian 14 dan 15) dengan Narasumber Ustadz Budi Ashari, Lc.
2. https://tafsirq.com/
Comments
Post a Comment